Tak Terima, Keluarkan Korban Lion Air JT-610 Mengajukan Gugatan Hukum

Rakyat Digital. Keluarga korban yang selamat dari kecelakaan pesawat Lion Air JT610 baru-baru ini telah mengajukan gugatan hukum terhadap Perusahaan Boeing di Chicago. Selain gugatan pertama yang diajukan minggu lalu, keluarga korban tragedi dan kemalangan yang fatal tersebut sekarang sedang meminta ganti rugi yang berjumlah ratusan juta dolar.

Manuel von Ribbeck dari Ribbeck Law Chartered menyatakan, dia mengharapkan banyak tuntutan hukum untuk diajukan atas nama keluarga dalam beberapa hari ke depan.

"Tidak ada alasan untuk menunggu laporan akhir dari investigasi karena bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun, laporan akhir tidak akan menetapkan kewajiban, keputusan siapa yang bersalah dalam kecelakaan ini akan ditentukan oleh hakim atau juri di Amerika," katanya, Kamis (22/11).

Mr von Ribbeck, yang memiliki catatan signifikan mewakili keluarga korban penerbangan global, termasuk beberapa keluarga dalam kecelakaan penerbangan sebelumnya di Indonesia, menilai, pesawat Boeing MAX 8 dan Manual Penerbangan Pesawatnya rusak dan berbahaya, dan itulah penyebab langsung kecelakaan itu.

"Lion Air hanyalah salah satu dari beberapa maskapai yang telah membeli Boeing MAX 8 yang relatif baru," ucapnya.

Deon Botha dari Ribbeck Law Chartered menyatakan, pada tanggal 7 November 2018, Federal Aviation Administration (FAA) mengeluarkan Pedoman Kelayakan Darurat baru pada Boeing 737 MAX yang diarahkan pada apa yang ditetapkan sebagai "kondisi tidak aman", yang mungkin ada atau berkembang di pesawat Boeing 737 MAX lainnya.

"Pesawat Boeing 737 MAX 8 yang baru itu dirancang dan diproduksi di Amerika Serikat," ungkapnya.

Penyelidik telah fokus pada sistem kontrol penerbangan otomatis baru pada Boeing 737 MAX yang tidak termasuk dalam versi 737 sebelumnya. Sistem kontrol penerbangan baru ini memiliki kemampuan yang bisa memperbaiki situasi di mana hidung pesawat yang meninggi ke level berbahaya selama penerbangan yang bisa mengarah ke gagal mesin.

Tetapi dalam kondisi yang dialami Boeing 737 MAX 8 sistem mendorong hidung pesawat turun secara tidak terduga dan tidak dapat dikendalikan oleh awak pesawat. Kecuali jika sebelumnya awak pesawat benar-benar diinstruksikan dan dilatih untuk menghadapi situasi seperti itu, mengubah sistem secara manual untuk menghindari kecelakaan.

Fitur otomatis ini dapat dipicu bahkan ketika pilot sedang menerbangkan pesawat secara manual dan tidak mengharapkan campur tangan komputer kontrol penerbangan.

Menurut laporan di Wall Street Journal, New York Times, dan publikasi lainnya, Boeing menahan informasi tentang potensi bahaya yang terkait dengan sistem kontrol penerbangan baru ini. Regulator penerbangan A.S. telah meluncurkan tinjauan prioritas tinggi terhadap analisis keselamatan yang dilakukan Boeing selama bertahun-tahun dan informasi apa yang diungkapkan atau tidak diungkapkan kepada maskapai penerbangan tentang sistem kontrol penerbangan baru ini.

Ribbeck Law Chartered adalah firma hukum litigasi global yang berkonsentrasi pada bencana penerbangan di seluruh dunia. Perusahaan ini telah mewakili klien lebih dari 73 negara dan 47 kecelakaan pesawat penerbangan komersial. Ribbeck Law Chartered salah satu dari sedikit firma hukum penerbangan dengan staf yang berpengalaman di banyak negara di seluruh dunia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kemenlu Akhirnya Pulangkan Staf KBRI Terkait Kasus Suap 3 Warga Singapura

Pemerintah Merancang Hukum Omnibus Untuk Kemudahan Perizinan Usaha

Rumor Hukum Di Balik Polemik Ambang Batas SKD CPNS Tahun 2018